Tony Q Rastafara

Untuk info atau keterangan dari Tony Q Rastafara, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Steven and Coconut Treez

Untuk info atau keterangan dari Steven and Coconut Treez, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Bob Marley

Untuk info atau keterangan dari Bob Marley, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Souljah

Untuk info atau keterangan dari Souljah, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Shaggydog

Untuk info atau keterangan dari Shaggydog, silahkan pilih menu INFO SKA di atas, terima kasih.

Ras Muhamad

Untuk info atau keterangan dari Ras Muhamad, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Ray d'Sky

Untuk info atau keterangan dari Ray d'Sky, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Steven Jam

Untuk info atau keterangan dari Steven Jam, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Tipe X

Untuk info atau keterangan dari Tipe X, silahkan pilih menu INFO SKA di atas, terima kasih.

The Authentics

Untuk info atau keterangan dari The Authentics, silahkan pilih menu INFO SKA di atas, terima kasih.

Monkey Boots

Untuk info atau keterangan dari Monkey Boots, silahkan pilih menu INFO SKA di atas, terima kasih.

Cozy Republic

Untuk info atau keterangan dari Cozy Republic, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Imanez

Untuk info atau keterangan dari Imanez, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Boys n' Roots

Untuk info atau keterangan dari Boys n' Roots, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Gangstarasta

Untuk info atau keterangan dari Gangstarasta, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Alpha Blondy

Untuk info atau keterangan dari Alpha Blondy, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Big Mountain

Untuk info atau keterangan dari Big Mountain, silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

P.A.L.L.O.

Untuk info atau keterangan dari P.A.L.L.O., silahkan pilih menu INFO REGGAE di atas, terima kasih.

Sabtu, 31 Maret 2012

P.A.L.L.O.


Pemain bas Steven & Coconuttreez mendirikan proyek musik bernama P.A.L.L.O. Mohammad rival Himran, serius bermusik sejak tahun ’95 ketika dia mulai meng-ikuti festival band di kota kelahirannya, Palu. Lantas, sejak 2003 hingga 2004 dia mulai bermain musik di ibukota dan sempat bergabung dengan band Pixel, kemudian menjadi additional player untuk Toni Q Rastafara, additional player untuk Marshanda, hingga akhirnya berlabuh sebagai bassis di Steven & Coconuttreez. Tapi, itu semua belum bisa sepenuhnya memuaskan gairah bermusiknya—apalagi di band itu dia harus membagi kepala dengan para pemain lainnya. Suatu hari, ketika Steven & Coconuttreez sedang tampil di sebuah kafe di Yogyakarta, Rival melihat penampilan seorang penyanyi bernama Lesa yang langsung ditawarinya ide soal proyek musik itu.

Dan singkat cerita, album perdana berjudul Life Goes On pun dirilis di bawah perusahaan rekaman Kaluku—musiknya reggae, yang diracik dengan pengaruh folk, soul, pop hingga R n B. Atas saran Lesa, nama P.A.L.L.O. dipilih—itu merupakan panggilan Rival yang dianggapnya paling cocok karena walau bagaimanapun, Rival adalah kaptennya. “Life Goes On itu mengingatkan kalau kita lagi down, harus tetep semangat karena selalu ada jalan,” katanya.

Soal pengaruh musik, Rival menyebut nama AYO sebagai musisi yang sangat mempe-ngaruhi proyek musik itu. AYO, adalah musisi perempuan yang memainkan musik kombinasi antara soul, folk dan reggae. Dan lewat proyek musik ini, P.A.L.L.O. ingin menawarkan sesuatu yang berbeda di genre yang bersinggung-an dengan reggae ini.

“Vokalis cewek, biar kedengeran manis dan biar hawanya beda, ingin membedakan di warna musik reggae dengan vokalis cewek. Juga biar orang awam tahu bahwa ada musik yang seperti ini,” katanya. Dia mendapat bantuan dari teman-teman untuk mengisi instrumen di album ini. Aray gitaris Steven & Coconuttreez dan Eno Netral adalah di antara sekian teman yang membantunya. Berbeda dengan ketika di Steven & Coconuttreez, Rival tak banyak menulis lagu yang—meminjam istilah Rival—horny.

Hanya satu bernuansa seperti itu, di album ini, dengan judul “Jamah.” Untuk urusan menikmati lagu, Rival punya saran, “Album ini lebih enak didengarkan pas lagi ngebir. Kalau album Steven, ibaratnya minum anggur, sradak sruduk, album gue lagi santai, lagi bengong-bengong sedikit,” katanya.

Referensi:
http://www.jpop.com/P.A.L.L.O

Jumat, 30 Maret 2012

Alpha Blondy




Alpha Blondy (lahir 1 Januari 1953) merupakan penyanyi reggae Pantai Gading dan artis rekaman internasional. Alpha Blondy lahir Seydou Kone di Dimbokro, Pantai Gading. Dia bernyanyi terutama dalam bahasa asli nya Dioula, dalam bahasa Prancis dan Inggris, dan kadang-kadang dalam bahasa Arab atau Ibrani. lyrics-Nya menyampaikan sikap politik yang serius dan rasa humor. Secara khusus, ia menciptakan istilah democrature Perancis (yang setara bahasa Inggris adalah “democratatorship”) untuk mengidentifikasi beberapa pemerintah Afrika.

Seydou Kone – lebih dikenal untuk penggemar musik sebagai Alpha Blondy – lahir di Dimbrokro, Pantai Gading, pada 1 Januari 1953. Young Seydou dibesarkan oleh neneknya, Cherie Coco, yang mencurahkan kepedulian dan perhatian pada cucu dihargai nya. Tapi ini tidak selalu memiliki hasil yang diinginkan. Memang, Seydou diusir dari perguruan tinggi pada tahun 1972 dan pemberontak remaja dikirim ke tetangga Liberia untuk menyelesaikan studinya di sebuah sekolah di ibukota, Monrovia. Langkah ini membuka cakrawala baru bagi Seydou muda. Bahasa resmi Liberia menjadi bahasa Inggris, itu juga berarti bahwa Seydou membuat kemajuan besar dalam bahasa ia mulai belajar di sekolah di Pantai Gading. Setelah menyelesaikan sekolah di Liberia, Seydou demikian sempurna dilengkapi dengan baik untuk pindah ke New York dan melanjutkan studi bahasa Inggris di Big Apple.

Selain menyempurnakan bahasa Inggris di New York, Seydou mulai mengambil suatu kepentingan bergairah dalam dunia musik. Dan satu konser khusus di New York adalah untuk memiliki pengaruh besar pada sisa karirnya – pada tahun 1977 Seydou menghadiri kinerja oleh kelompok Burning Tombak legendaris Jamaika dan menemukan dunia indah reggae. Terinspirasi oleh irama menjuluki kuat ia mendengar malam itu, Seydou mulai bernyanyi dengan berbagai kelompok-kelompok lokal. Tetapi ambisi utamanya adalah untuk merekam album sendiri dan memulai karir solo.

Mimpi ini hampir terwujud saat Seydou bertemu dengan produser rekaman terkenal Clive Hunt dan pasangan mulai membahas kemungkinan kerjasama. Sayangnya, Hunt keluar dari proyek di menit terakhir dan Seydou Kone dibiarkan tinggi dan kering tanpa kontrak rekaman. Ini awal kekecewaan dikirim spiral muda Seydou menjadi depresi besar dan ia segera meninggalkan New York, kembali ke Pantai nya asli d’Ivoire dan menyiapkan rumah di ibukota, Abidjan.

Seydou mengalami gangguan saraf tak lama setelah ia kembali ke Abidjan dan penyanyi muda menghabiskan dua tahun berikutnya pulih di sebuah rumah sakit jiwa. Untungnya, musik Seydou membantunya melalui masa krisis pribadi dan ketika ia menandatangani sendiri keluar dari rumah sakit dia kembali ke karir bernyanyi.

Album debut
 Ketika Seydou meluncurkan kembali karir bernyanyi di 80-an ia melakukannya dengan nama panggung baru, Alpha Blondy (pun pada “bandit” – kata diucapkan “bondee” dalam bahasa Perancis!). Seydou / Alpha mendapat istirahat pertama utamanya tak lama setelah ia kembali ke dunia musik ketika ia ‘ditemukan’ oleh produser televisi terkenal Fulgence Kassy. Terkesan dengan bakat jelas penyanyi muda, Kassy Blondy diundang untuk tampil di acara TV-nya “kebetulan Première” – dan sisanya adalah sejarah musik!
Setelah penampilannya di TV nasional, Blondy segera melanjutkan untuk mencapai impiannya untuk rekaman album solo. Dan ketika dirilis pada tahun 1983 Blondy’s debut album, terbukti “Jah Glory”, untuk menjadi sukses sejati. Salah satu trek yang paling menonjol di album ini tidak diragukan lagi “Brigadir Sabari”. (Sung dalam bahasa ibu Blondy’s, Dioula, lagu ini terinspirasi oleh serangan polisi penyanyi menyaksikan kekerasan di Pantai Gading).

Blondy segera menjadi bintang besar di kancah musik Abidjan, membuktikan bahwa reggae – yang telah sekian lama dianggap sebagai suara biasanya Jamaika – bisa berhasil ditafsirkan kembali dalam gaya Pantai Gading. catchy beats Blondy’s reggae menjadi semua kemarahan di Abidjan, dan penggemar musik remaja di distrik pusat kota terjadi ibukota segera mengadopsi Blondy sebagai versi nasional mereka sendiri Bob Marley. Dengan sikap suka memberontak, kepribadian bersemangat dan pasokan rupanya tak ada habisnya energi saraf, Alpha Blondy tentu membuat dampak yang besar di kancah musik Afrika Barat. Menyanyi dalam bahasa Perancis dan Inggris serta Baoulé dan nya Dioula asli, Blondy segera melanjutkan untuk menyebabkan utama aduk di kancah musik Eropa juga.

Memang, empat lagu Blondy’s EP “Rasta poué” mencetak hit besar di Eropa, mendorong penyanyi untuk meninggalkan tanah airnya untuk kedua kalinya dan mencoba keberuntungannya di luar negeri lagi. Blondy pindah ke Paris pada tahun 1984, di mana ia segera melanjutkan dengan menandatangani kontrak rekaman dengan Pathé-Marconi (EMI). Bintang Pantai Gading kemudian rekaman album kedua, “Cocody Rock”, di Paris, melompat menyeberangi Channel studio di London untuk mengawasi pencampuran akhir album. Terlebih lagi, status Blondy’s sebagai Bob Marley Pantai Gading menerima semacam konfirmasi resmi, ketika penyanyi terbang ke Kingston untuk mencatat judul lagu dari album barunya dengan kelompok dukungan mantan Marley The Wailers.

Setelah peluncuran “Cocody Rock”, Blondy memulai pada jadwal tur sibuk, melakukan secara luas di seluruh Afrika Barat. energi tinggi penyanyi ini menunjukkan terbukti sukses besar, ratusan penggemar reggae remaja kemasan luar stadion di seluruh wilayah untuk alur untuk memimpin manusia Pantai Gading-reggae.
Ketika Blondy kembali ke Pantai Gading setelah ini tur melelahkan, ia langsung kembali ke studio untuk mulai bekerja pada sebuah album baru berjudul “Apartheid adalah Nazisme”. Blondy’s album ketiga, yang dirilis pada tahun 1985, adalah lagu kebangsaan militan yang menuntut mengakhiri apartheid dan kebebasan untuk semua. “Apartheid adalah Nazisme” juga menampilkan sejumlah menjuluki lebih lembut trek seperti “Yesus datang kembali” – yang ditemukan Blondy menjajaki vena mistik baru!

1986: “Yerusalem”
 Blondy lanjutan mistik pendekatan baru pada album keempatnya “Yerusalem”, yang dirilis pada tahun berikutnya. Direkam di studio legendaris Tuff Gong di Jamaika dengan kelompok dukungan mantan Bob Marley The Wailers, “Yerusalem” dipromosikan pesan baru Blondy tentang kesatuan agama. Lagu-lagu di album baru Blondy’s meneliti ajaran Islam, Yudaisme dan Kristen, menggambar inspirasi dari Taurat dan Quran serta Alkitab. Bintang Pantai Gading juga mulai berkhotbah filosofi barunya persatuan agama di panggung – dan ketika Blondy dilakukan di Maroko pada Juli 86 ia memilih untuk menyanyikan lirik Ibrani dari lagu “Jerusalem” kepada audiens Muslim. Beberapa kritikus menganggap ini sebagai tindakan provokasi terbuka, tetapi Blondy melihat dirinya sebagai seorang pria di sebuah misi pribadi untuk mengembalikan keharmonisan beragama di dunia!

Pada musim semi 87 Blondy dan kelompoknya Tata Surya memulai tur utama Perancis, menendang dari putaran sibuk konser di Le Zenith di Paris (pada 6 Maret dan 7). Blondy dan Tata Surya kemudian menuju ke Antilles Prancis untuk melakukan serangkaian konser di Martinique dan Guadeloupe. Pantai Gading Reggae Raja kemudian akibat melakukan tur Eropa yang luas – tetapi ini harus dibatalkan pada menit terakhir. NRJ, stasiun radio independen Perancis yang bertugas mengatur tur Eropa Blondy’s, menyalahkan pembatalan pada “perilaku tidak profesional” si penyanyi. NRJ lakukan tampaknya telah dibenarkan dalam keluhan mereka – perilaku Blondy selama periode ini terkenal tidak menentu untuk sedikitnya. Memang, penyanyi yang sering akan membuat para penggemarnya menunggu hingga dua jam sebelum terlambat naik ke panggung!

Blondy, yang telah menjadi bintang besar di Afrika Barat oleh tahap karirnya, segera mulai bereksperimen dengan gaya musik baru. Gaya baru ini banyak bukti di album baru bintang Pantai Gading itu “revolusi”, yang dicatat di Paris pada tahun 1987. “Revolusi” ditemukan Blondy mengeksplorasi suara yang lebih mellow, biola beradaptasi dan cello untuk reggae biasa bertempat mengalahkan pada lagu “Sweet Fanta Diallo”. Album ini juga termasuk duet balada lambat (“Miri”) yang Blondy direkam dengan diva legendaris Aicha Pantai Gading Kone.

Tapi salah satu trek yang paling menonjol pada “revolusi” – paling tidak dalam hal nilai kebaruan! – Adalah “Jah Houphouët Parle” (Jah Houphouët Speaks). lagu ini persis apa judul dijelaskan – yaitu 10 menit 37 detik dari pidato oleh presiden Pantai Gading-an tercatat lebih dari beat reggae samar-samar. Ini penghargaan untuk Houphouët-Boigny mengambil praktis dua pertiga dari sisi pertama dari album baru Blondy’s! Dan kritikus tidak ragu-ragu untuk menyerang penyanyi untuk itu. Tapi Blondy tetap dingin dalam menghadapi kritik, membela haknya untuk mengekspresikan pandangan politik sendiri.

1988 turun ke awal yang buruk bagi Blondy dengan yang lain serangkaian konser di Paris (di Le Zenith) dibatalkan. Bintang reggae segera bangkit kembali, bagaimanapun, terbang ke Amerika Serikat di mana ia melakukan tur 2 bulan sukses. Tahun berikutnya Blondy menyerah basis di Paris dan kembali ke Abidjan. Tak perlu dikatakan, Blondy kembali ke tanah airnya menyebabkan benar-benar aduk di kancah musik Pantai Gading. Apa lagi, reggae terkemuka Pantai Gading-orang kembali hadiah rumah bantalan – dalam bentuk album barunya “Para nabi”. Blondy, yang menganggap bahwa catatan perusahaannya Pathé Marconi adalah mengabaikan pasar Afrika, telah memutuskan untuk mengambil masalah di tangan dan menjamin promosi album barunya sendiri. Setelah menulis, merekam dan memproduksi “Para nabi” semua sendiri, Blondy juga memutuskan untuk bertanggung jawab atas manajemen sendiri mulai sekarang!

Pada akhir 89 Blondy berangkat tur lain utama dengan grupnya Tata Surya, melakukan jumlah yang mengesankan tanggal di seluruh Afrika Barat. Penyanyi kemudian mulai bekerja pada sebuah album baru berjudul “SOS tribale Guerre” (SOS Tribal War). Namun album, direkam di studio 8-track sederhana di Abidjan, adalah tidak sukses secara komersial besar di luar Pantai Gading.

1991: “Masada”
 Namun, Blondy akan segera pergi penembakan kembali ke puncak tangga lagu Eropa. reggae Afrika “enfant mengerikan” kembali ke Paris pada Desember 91, melakukan tiga sangat populer menunjukkan di Elysee-Montmartre yang bertepatan dengan peluncuran album baru berjudul “Masada”. Ini album baru yang sangat baik menampilkan pengaturan oleh Boncaïna Maïga. Dan Denis Bovell (terkenal karena karyanya dengan pangkat penyair legendaris Kwesi Linton Johnson) bertanggung jawab untuk campuran akhir. Tak pelak, Blondy baru tunggal “Rendez-vous” segera terbukti hit besar dan itu datang tidak mengejutkan kepada siapapun ketika penjualan album “Masada” juga meroket, produktif Blondy disk emas pertamanya. Karir dari “rastafoulosophe” (“Rasta-filsuf” sebagai Blondy suka untuk menggambarkan dirinya sendiri) sudah bangun dan berjalan lagi dan tidak ada kesalahan! Riding gelombang keberhasilannya baru-ditemukan, Blondy menggebrak tur Eropa yang luas, finishing sampai dengan konser kemenangan di Le Zenith di Paris.

Namun jadwal tur melelahkan Blondy segera mulai mengambil korban pada saraf rapuh si penyanyi. Setelah menyelesaikan tur Eropa, bintang reggae berputar ke lain depresi besar. Dan pada awal 93 Blondy mengalami kerusakan lain yang menyebabkan dia mencoba bunuh diri.

Untungnya, Blondy segera pulih dari kehancuran gugup nya. Memang, bintang reggae Afrika kembali ke garis depan kancah musik di akhir tahun itu dengan sebuah album baru berjudul “Dieu” (Tuhan). Seperti judulnya, album baru Blondy terbukti lebih mistis daripada sebelumnya. Bergabung di studio oleh sekelompok musisi kelas satu, Blondy dipercepat rock reggae tradisional mengalahkan, meluncurkan ke berbagai isu-isu kontroversial pada lagu seperti “Aborsi adalah Kejahatan”. Penyanyi itu juga menyatakan perasaan pribadinya di jalur yang bergerak “Sembuhkanlah Me”.

Sayangnya, tak seorang pun muncul untuk dapat melakukannya. masalah mental Blondy terus untuk melampiaskan malapetaka di kehidupan pribadinya, menyebabkan dia kembali ke rumah sakit jiwa untuk perawatan lebih beberapa. Tetapi pada akhir 94 Blondy kembali di garis depan dunia musik. Memang pada tanggal 10 Desember tahun itu penyanyi yang dilakukan di Abidjan di sebuah festival musik yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun pertama kematian Presiden Houphouët-Boigny’s. Beberapa hari kemudian Blondy terbang ke Paris, membuat comeback mengesankan di Le Zenith (pada tanggal 29 Desember).

Pada tahun 1996 Blondy kembali dalam grafik sekali lagi dengan “Best of” album kompilasi. Bintang reggae juga kembali ke studio akhir tahun itu untuk mulai bekerja pada sebuah album baru berjudul “Grand Bassam-Sion Rock” (Boncana Maïga bergabung dengannya untuk melihat setelah aransemen musik). Dirilis pada Juni 96, album baru Blondy mengungkapkan penyanyi untuk menjadi poliglot benar – “Grand Bassam-Sion Rock” menampilkan lagu-lagu direkam dalam bahasa Arab, Malinke, Perancis, Inggris, Wolof dan Ashanti! album baru Blondy’s – perpaduan kaya reggae, rock dan funk – juga termasuk versi cover inovatif dari Bob Marley “Natural Mystic”.

1998: “Rabin Ytzah”
 Setelah lama meninggalkan catatannya perusahaan EMI, Blondy kembali muncul di dunia musik Pantai Gading pada tahun 1998 dengan merilis album kaset berjudul “Ytzah Rabin” (judul adalah pun simbolik pada nama dibunuh Perdana Menteri Israel Itzhak Rabin) . lagu baru Blondy terbukti lebih keras memukul dari sebelumnya, trek seperti “Armée française” (Tentara Perancis) dan “Guerre civile” (Civil War) mengambil sikap tegas anti kemapanan. penggemar Blondy mungkin menghargai lirik radikal bintang reggae baru, namun politisi terkemuka Pantai Gading jelas tidak. Blondy album CD baru dirilis pada bulan September pada Une Musique (label milik stasiun televisi Prancis TF1). “New Dawn”, sebuah lagu direkam dalam bahasa Inggris, dipilih sebagai rilis single pertama.

Pada tanggal 25 dan 26 Desember 1998, penyanyi menyelenggarakan “Festa 98″ di Grand Bassam, dekat Abidjan. Festival, yang menarik berubah besar-out (hampir 200.000 penggemar musik), berakhir dengan konser oleh Alpha Blondy sendiri, tiba di atas panggung jam 6 pagi.

Blondy melakukan tur baru yang luas untuk mempromosikan “Yitzhak Rabin” di Eropa. Meskipun memutar pergelangan kaki di panggung selama konser pertamanya di Perancis, penyanyi menghormati tanggal yang tersisa dalam tur, tidak ingin mengecewakan fans Perancis. Pada tanggal 13 Maret 1999, Blondy membawa rumah turun di Le Zenith di Paris, dengan kinerja yang mengejutkan yang berlangsung selama tiga jam.

Satu hal yang pasti – Alpha Blondy, Côte d’Ivoire’s Raja yang tak perlu dari reggae, tetap menjadi sosok yang sangat ambigu di dunia musik Afrika. Penyanyi itu tidak hanya dikritik karena lampiran yang berlebihan kepada Presiden Houphouët akhir-Boigny, namun kehidupan pribadinya juga telah membuktikan terkenal tidak menentu dan tidak stabil (Blondy telah beberapa kali menikah dan memiliki empat anak perempuan dan dua anak oleh ibu yang berbeda). Namun, jika Blondy memiliki kritik, ia juga memiliki ribuan penggemar setia siap untuk musim semi untuk pembelaannya. Dan tidak ada yang bisa menyangkal bahwa bintang berwarna-warni secara signifikan telah meningkatkan profil Afrika reggae!

Blondy kemudian melanjutkan untuk menebus masa lalu ambigu politiknya, bagaimanapun, rekaman lagu serangkaian protes di mana ia mengambil berbagai penyebab termasuk kebebasan pers Afrika. Pada akhir November ’99 bintang reggae merilis sebuah single keras memukul berjudul “Journalistes en bahaya” (lagu yang ditulis oleh “Reporters Sans Frontières” Perancis asosiasi) dari mana ia menyumbangkan semua keuntungan untuk wartawan Afrika yang telah dipenjara untuk pandangan politik mereka.

Allah
 Bahkan, single ini muncul di album baru Blondy’s, “Elohim” (kata Ibrani yang berarti “Tuhan” atau “Saya orang banyak”). Album ini dirilis di Afrika pada akhir ’99 dan tiba di toko musik Perancis pada bulan Februari 2000. Beberapa trek yang lain pada “Elohim” ditulis dalam vena marah sama, Blondy melampiaskan kemarahan di politik, korupsi penyalahgunaan dan kemiskinan di tanah airnya (cf “Les voleurs de la République”, “Dictature” dan “La antrian du Diable”) . Sebagai span Pantai Gading ke dalam krisis politik pada awal 2000, Blondy mulai memainkan peran yang semakin tinggi profil mengambil bagian dalam debat publik tentang masa depan negara dan berbicara keluar pada beberapa isu-isu kunci.

Hanya dua tahun kemudian Maret 2002 yang Blondy mengeluarkan album berikutnya. Berjudul “Merci”, yang karya baru merayakan tahun kedua puluh seniman di bisnis musik. Pada konferensi pers peluncuran album diadakan di Abidjan, Pantai Gading, yang Reggaeman menyatakan: “Saya ingin berterima kasih kepada Tuhan dan semua orang yang telah memberikan kontribusi bahkan jauh untuk karir saya (…) Saya juga ingin berterima kasih kepada musuh-musuhku Karena kritik mereka dan kepalsuan mereka telah memungkinkan saya untuk memperbaiki. ” (AFP 12/03/02). Seperti politik seperti biasa, album ini menampilkan dua lagu, “Politruc” dan “Feu” yang memberikan kritik politik yang serius. Ini juga termasuk sebuah pamflet terhadap ranjau anti-personil, co-sung dengan Ophélie Winter dan berhak “Siapa kau?”. Band Rap Saïan Supa Crew berkolaborasi untuk judul yang lain, “Wari”.

Alpha Blondy menggebrak tur Perancis baru pada bulan Mei 2002, muncul di Olympia, di Paris, pada tanggal 15 Mei. Pada akhir Agustus, reggaeman Pantai Gading terbang ke Amerika Serikat dan Amerika Latin (di mana dia memiliki status sebagai salah satu tokoh besar dunia reggae internasional). Merayakan dua puluh tahun karirnya, penyanyi yang memulai pada tur-mega pada bulan November 2002, bermain di semua tempat stadion utama di seluruh Afrika. Namun, gangguan politik kembali ke rumah di Pantai Gading mengganggu organisasi tertentu dan tanggal konser beberapa harus dibatalkan. (The Blondy konser itu untuk dilaksanakan di ibukota Burkina Faso Ouagadougou dibatalkan menyusul adanya pelarangan oleh Menteri Dalam Negeri).
Pada tanggal 23 Februari 2003, Alpha Blondy dinominasikan untuk Grammy Award (untuk Best Reggae Album of the Year) dan diundang untuk upacara penghargaan di New York. Tapi bintang Pantai Gading reggae adalah pipped di pos oleh Lee Scratch Perry.

Belakangan tahun itu, reggae UB40 bintang Inggris Blondy diundang ke studio dengan mereka untuk duet pada “Young Guns” (lagu yang termasuk pada versi Perancis dari album “Homegrown”).
 
Kembali di Jalan
Pada akhir tahun 2003, Alpha Blondy terbang ke Brasil (sebuah negara di mana ia tetap sangat populer). Penyanyi itu kembali ke Brasil pada awal 2004 untuk dua tanggal ekstra dan juga tampil di Argentina. Setelah itu ke Dakar (di mana ia tidak dilakukan selama bertahun-tahun) dan La Réunion.
Pada musim panas tahun 2004, Alpha Blondy mengalami kecelakaan lain, patahan fibula ketika ia terjatuh dari panggung pada akhir konser di Perancis pada bulan Juli. Meskipun memiliki kakinya di plester, penyanyi memanjat kembali di atas panggung pada kruk seminggu kemudian di Belgia, kemudian ditekan pada konser di Brazil dan Argentina. Pada akhir tahun itu, Blondy juga melakukan seri baru tanggal di Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Senegal dan Gambia.

Blondy dijalankan pada kecepatan yang sibuk sama tahun 2005, terbang bolak-balik melintasi dunia untuk tanggal internasional. Setelah tur mini dari Amerika Serikat, bintang reggae Pantai Gading pindah ke Australia dan Selandia Baru. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya ke Portugal, Mauritius dan La Réunion.
Pada bulan Juni 2005, sebuah kompilasi Alpha Blondy, berjudul “Akwaba”, tekan toko kaset. Album ini tidak benar-benar fitur apapun lagu baru, tapi tidak mencakup versi baru dari beberapa hits yang terbesar rerecorded dengan artis-artis tamu, seperti Neg’marrons, Magic Sistem dan Mokobe (dari pakaian rap Perancis 113). Pada tanggal 2 Juli 2005, di tengah-tengah tur Eropa, Alpha Blondy muncul di “Live 8″ (versi Perancis konser Bob Geldof’s penggalangan dana) dipentaskan di halaman Château de Versailles. Sepuluh tanggal diikuti di Amerika Serikat, kali ini, sebagian besar di Pantai Barat dan di Hawaii. Pada bulan Agustus, Blondy pindah ke Meksiko dan Puerto Rico. Pada tanggal 4 September 2005, Alpha Blondy dan tata surya dilakukan di Teluk tahunan 10 Monterey Reggaefest, di California.

Pada tanggal 21 September 2005, reggaeman Pantai Gading menjadi Messenger Perdamaian PBB di Pantai Gading.

Alpha Blondy terus melakukan konser di seluruh dunia sepanjang tahun 2006. Sementara itu, ia juga terus jadwal kampanye sibuk, pertemuan para pemimpin politik di Pantai Gading serta kepala negara dari negara-negara tetangga. Pada tahun 2007, setelah menghentikan off di tiga tujuan yang berbeda di Hindia Barat Prancis, reggaeman Pantai Gading terbang ke Haiti untuk memainkan dua konser di sana pada bulan Maret (sebagai bagian dari festival de Quinzaine La Francophonie ‘). Dia menggunakan kesempatan ini untuk membuat daya tarik publik terhadap kekerasan.

2007: “Kemenangan Jah”
Pada bulan November 2007, Alpha Blondy memecah keheningan lima tahun diperpanjang di bagian depan rekaman, merilis album baru berjudul “Kemenangan Jah.” Bintang Pantai Gading telah bersumpah bahwa ia tidak akan membuat album lain asalkan ada perang di tanah airnya. Dan, benar firman-Nya, Alpha Blondy telah menunggu untuk perjanjian-perjanjian perdamaian yang akan ditandatangani di Ouagadougou dan kembali ke tenang relatif di Pantai Gading sebelum kembali ke studio.

Alpha Blondy diproduksi “Kemenangan Jah” dengan uluran tangan dari Tyrone Downie (salah satu mantan Wailers Bob Marley) yang juga guested sebagai keyboard player dan programmer musik. Album ini juga menampilkan duo reggae legendaris Jamaika Sly & Robbie pada drum dan bass. “Jah Kemenangan” berkisar sembilan belas lagu, dilakukan di Perancis, Inggris dan Dioula dan nada itu radikal hardhitting, terutama pada trek seperti “Mister Grande gueule”, “Les Salauds” dan “Penjualan racistes.” Namun, di lain waktu “Jah Kemenangan” itu diresapi dengan optimisme biasa Blondy dan mistisisme. Album ini juga menampilkan beberapa kejutan musik termasuk cover inovatif dari klasik Pink Floyd “Wish You Were Here” (lengkap dengan selingan bagpipe), sebuah bagian akordeon tentang “Gban Gban” dan suara gitar rock dan bom meledak di “Les Salauds. “

Alpha Blondy menggebrak nya “Jah Kemenangan” tur di Angola pada bulan Oktober 2007 dan melanjutkan untuk memainkan serangkaian tanggal internasional di Perancis (termasuk konser di Zenith Paris pada tanggal 16 November), Belanda, Jerman dan Italia.

Musim dingin tahun 2007 menampilkan tanggal penting dalam karir Alpha Blondy, para reggaeman kembali ke tampil di Pantai Gading untuk pertama kalinya dalam enam tahun. Pada tanggal 30 Desember, bintang Pantai Gading turun ke panggung di Yerusalem Espace, di Grand-Bassam, headlining di festival Festa – yang, tahun itu, telah secara khusus berganti nama menjadi ‘festival Festarrr’ (3 Rs berdiri untuk Rekonsiliasi, Reunifikasi dan Rekonstruksi).

Referensi:
http://reggaetjepoe.blogspot.com/2011/09/profil-alpha-blondy.html

Gangstarasta


Band yang terbantuk pada tanggal 19 desember 2001 ini, memilih aliran musik Reggae  karena musik reggae dapat mewakili jiwa dan rasa yang mereka jalani setiap hari. Spirit dari reggae yang menebarkan rasa cinta dan perdamaian kepada seluruh umat didunia tanpa memandang perbedaan agama,ras,suku dan sosial,juga membuat mereka untuk  memilih jalur reggae.

Gangstarasta yang memiliki personel antara lain Emilio pada vocal, Kenro pada bass, Gayo pada guitar, Bayu pada guitar, Cuwox pada keyboard, Boim pada drum, Uncle Bud pada percusion. Band ini sudah banyak dikenal oleh kalangan anak muda karena seringnya mendapat undangan manggung di beberapa acara pentas seni  di sekolah2 se-Jabodetabek. Tetapi manggung yang paling berkesan menurrut gangsta adalah pada saat mereka manggung di Papua pada tanggal 29 des 2006 dengan tema "Republik Rasta" bersama taffgong dari jakarta yang ditonton lebih dari 25.000 orang dan merekapun ikut bernyanyi bersama,"amazing"itulah yang membuat gangsta pling berkesan.

Gangstarasta mempunyai misi mengembangkan cinta dan perdamaian tanpa perbedaan agama, ras, suku dan status sosial. Band ini sudah banyak dikenal dikalangan anak muda karena biasa tampil di acara Pentas Seni sekolah2 se-Jabodetabek serta acara musik Indonesia timur seperti NTT, Sulawesi, Maluku papua.

Gangstarasta pun pernah mengalahkan band Ungu dalam jumlah penonton dengan perbandingan 5 ribu penonton dengan lima puluh ribu, ditempat yang sama dan event organizer yang sama.

Referensi:
http://mendjenk.blogspot.com/2010/11/profil-gangstarasta.html#more
http://braddazibed.wordpress.com/gangstarasta/

Boys n' Roots


Band beraliran musik reggae memang cenderung identik dengan gaya gimbal dan kumuh. Namun image itu segera ditampik oleh band reggae pendatang baru, Boys n Root. Bagi band yang digawangi oleh Joko Wage Triyono (Joe)-Vokal, Donny Surawijaya (Donee)-Bass, Mario Marlius (Mario)-Gitar, Mulsahyani (Imul)-Gitar, Henry Gunawan (Henrik)-Drum dan Ahmad Khairi (perkusi), meskipun reggae tapi tampilan harus tetap perlente.

Oleh karena itulah, berbagai genre pun mereka ramu untuk menjadi musik reggae ala Boys n Root di album perdana SAKAI VIBRATION yang telah dilaunching 16 Juli lalu di atas Kapal Phinisi di perairan Tanjung Benoa, Bali, dengan hits andalan Ngaku-Ngaku dan Cinta dan Kesetiaan.

Mereka sadar, bagaimanapun musik reggae adalah musik yang segmented dengan penggemar musik yang sangat terbatas pada komunitas tertentu, tapi band ini tidak takut untuk mengibarkan bendera reggae yang mereka cintai.Boys N Roots, mereka bertujuh bertemu di Bandung.

Awal pertemuan mereka juga tidak lepas dari peran salah satu crew band group Slank. Boys N Roots kini ber-homebase di jalan Sukasari Bogor. Dahulu nama band mereka sempat berganti-ganti, mulai dari Little G, lalu menjadi Sakai Roots. Lalu hadirlah seorang executive producer, bernama Boy Nurmawan atau ‘Bang Boy’. Dia tertarik melihat performance grup band ini, ia langsung mendirikan sebuah perusahaan rekaman sendiri, dimana grup band Sakai Roots ini berganti nama menjadi Boys n Roots. Nama Boys n Roots memiliki makna tersendiri, yaitu ‘sekelompok anak muda yang mempunyai akar yang kuat’.

Referensi:
http://musik.kapanlagi.com/berita/boys-n-root-tampilkan-reggae-yang-perlente.html
http://www.jogjastock.com/boys-n-roots-ajak-vokalis-reggae-jogja-bernyanyi-bersama.html

The Authentics


“Ska sampai mampus!” ucap Dawny Bayu Amianto, vokalis dari band traditional ska The Authentics. Ia mengatakan ini adalah satu kalimat yang mencerminkan sikap band tersebut. Ia bahkan sempat menggunakan kalimat seruan ini menjadi password bagi para guestlistnya di acara Rolling Stone Release Party yang diadakan di Rolling Stone Live Venue hari Jumat, 9 April 2010 kemarin. Band yang beranggotakan pemain bas Marchel Arnold, gitaris Dani, peniup saksofon Zendi, dan pemain keyboard Ceki ini mengguncang panggung Ampera Raya dengan kostum kemeja hitam rapih dan berdasi. Dawny manggung mengenakan jaket Fred Perry putih, serta kaca mata hitam Ray Ban. Ia tahu persis bagaimana berdandan ska/mod/two tone yang baik dan benar.

Bagi yang mengetahui dan mengikuti scene musik khususnya ska, Dawny dan juga Zendi bukanlah anak kemarin sore. Mereka sempat mengecap asam garam dunia musik Indonesia di sebuah band ska-punk bernama Jun Fan Gung Foo, yang terbentuk tahun 1996 dan sempat merilis dua album di bawah label Sony Music Indonesia di awal tahun 2000. Dani sang gitaris juga sempat lalu lalang di berbagai band indie macam Perfect Minors, dan juga Straight Out yang beraliran metalcore. Kemeja motif pantai di Jun Fan Gung Foo ditinggalkan, solo gitar meraung dan headbang a la straightout dilepas. Gantinya adalah attitude penyanyi crooner a la Frank Sinatra, gitar semi hollow bersuara bersih, dan goyangan kaki Elvis Presley yang enerjik.

“Berbicara musik, ska yang kami usung lebih ke akar musik ska. Ska revival. Seperti misalnya The Slackers, Hepcat, The Skatalites, Toots and the Maytals. Musik model seperti itu,” ujar Dani, sang gitaris penggemar blues yang merupakan otak musikal The Authentics. Dawny menambahkan,” Tapi kami menambahkan nuansa musik lain juga supaya lebih enak didengarkan. Ada swing di situ, ada jazz dan tentu juga ada blues ataupun soul.” Banyak sekali campurannya memang, namun penampilan The Authentics tak jauh dari kata menghibur. Semua personel bergerak di atas panggung, komunikasi Dawny terasa natural dan mengalir. Permainan gitar Dani pun total mengusung nyawa blues yang dalam. Perjalanan mereka dalam membentuk The Authentics memang sudah jauh. Dengan album yang siap dirilis dalam waktu dekat, The Authentics siap mengibarkan kembali musik ska berkualitas di Indonesia.

Semenjak band seperti Tipe-X menguasai pasar ska Indonesia di awal tahun 2000, dan booming tren musik ska langsung berakhir di kisaran tahun 2003, Dawny sempat melewati berbagai hal dalam hidupnya. Hidupnya setelah Jun FanGung Foo dilaluinya tanpa beban apapun di pundak. Dari mulai bekerja di sebuah clothing company, menjadi DJ, hingga bergabung dengan manajemen artis Millionaires Club di bawah pimpinan Andreas Wullur. Di sana, Dawny berprofesi sebagai road manager untuk berbagai band seperti Samsons, Beage, Aura Kasih, Armada hingga Seringai.

“Ketika era booming-nya ska berakhir dulu, gue malah senang. Karena sebenarnya gue nggak terlalu cocok di musik ska-punk ala Jun Fan Gung Foo, selera gue lebih ke ska tradisional seperti ini. Karena gue minoritas, jadi-nya dulu ikut saja. Dan ketika era itu berakhir gue malah lega, karena sekarang gue bisa mulai lagi melakukan hal yang memang gue ingin lakukan dari dulu. Dan ternyata Zendi juga berpikiran hal yang sama dengan gue,” tukas Dawny.

“Bulan Mei ini kami akan merilis album Pencuri Hati, sudah saatnya banyak orang tahu The Authentics, kami ingin memberikan opsi lain ke masyarakat. It’s simple, fun and friendly. Mungkin selama ini orang familier dengan citra ska yang bermusik ‘Ncet..ncet..ncet’ [menirukan bunyi gitar]. The Authentics berbeda. Kami lebih menunjukkan varian lain yang membuktikan bahwa ska itu banyak jenisnya,” ujar Dani.

Referensi:
file:///D:/Pictures/ska-sampai-mampus.htm

Imanez



Abdul Firman Saad nama lengkap Imanez, meninggal 22 Juni 2004, persis di hari ulang tahunnya yang ke-36 di RS Kanker Dharmais. Ayah dari Vagna Diandra Putri ini, selain meninggalkan keluarganya, ia juga meninggalkan sejumlah kenangan manis, kenangan kreatif pada sahabat karibnya dan sejumlah seniman musik di tanah air.

IMANEZ, alumnus dari Gang Potlot yang sudah melahirkan beberapa nama beken di dunia musik Indonesia. Dimasa hidup sejumlah hits reggae Anak Pantai, Ikan Bakar, Sunset, Tequila Sunrise, Playboy, Tropical Rembulan dan Samalona sempat lahir berkat sentuhan tangan dingin Imanez. Lenny Karvitz-nya Indonesia ini, pernah membentuk grup Speedy Beetle dan Metalover, tercatat sebagai musisi yang mengemas musik reggae, bukan sekedar tempelan. Seperti yang bisa disimak dalam album ANAK PANTAI (1994) dan SEPONTAN (1995), baik arrasemen maupun tema lagunya, sebagai bukti totalitas Imannez terhadap musik reggae.

Bahkan, Imanez bisa dibilang telah memberi warna dalam industri musik Indonesia serta menebar inspirasi pada remaja era 90-an. Sayang, almarhum belum sempat melahirkan komunitas reggae. Tapi harus diakui dia adalah inspirator bagi sejumlah musisi, terlebih mereka yang memilih reggae sebagai media ekspresinya.
 

"Iman adalah sosok yang kreatif, penuh energi, spontan dan tentu saja memberikan kontribusi cukup besar untuk karya teman-temannya," terang Oppie Andaresta, salah seorang karib almarhum. Oppie lebih jauh melihat dia sebagai sosok inspirator. "Dia salah satu musisi dengan multi talent. Buat kita, Imanez seperti Lenny Kravitz, yang bisa memainkan semua instrument musik”.
Di masa hidup pencipta sejumlah hits reggae Anak Pantai, Ikan Bakar, Sunset, Tequila Sunrise, Playboy, Tropical Rembulan dan Samalona ini, sangat dekat dengan Nyanya, sapaan sayang putri tunggalnya dan selalu memotivasinya dalam dunia seni dan pendidikan. Kini Nyanya, mulai menguasai instrumen gitar bass seperti ayahnya, dan tengah menuntut ilmu di Yogyakarta.
Dalam sejarahnya Imanez pernah membentuk grup Speedy Beetle dan Metalover itu, tercatat sebagai musisi yang mengemas musik reggae, bukan sekadar tempelan, baik aransemen maupun tema lagunya, sebagai bukti totalitas Imanez terhadap musik reggae. Bahkan Imanez bisa dibilang telah memberi warna dalam industri musik Indonesia serta menebar inspirasi pada remaja era 90-an.

Sayang, almarhum belum sempat melahirkan komunitas reggae. Tapi harus diakui, dia adalah inspirator bagi sejumlah musisi, terlebih mereka yang memilih reggae sebagai media ekspresinya saat ini, seperti Steven & Coconut Treez dan Tony Q & Rastafara.

Karir musikal Imanez memang sempat terhenti lama, setelah merilis album keduanya pada 1995. Tapi aktifitas musikalnya tetap eksis. Iman, panggilan sayangnya, sempat mencipta lagu untuk Paramitha Rusady dan Elsa Sigar. Seperti tak pernah kehabisan enerji kreatif, beberapa pekan sebelum wafat, ia telah merampungkan album ketiganya yang kemudian disodorkan kepada Bimbim dan mengajaknya untuk kerja sama. Sayang belum sempat terwujud, Imanez keburu berpulang ke Rahmatullah.

"Insya Allah, semua sahabat karib almarhum semasa hidupnya, akan memberikan dukungan pada album ke-3 tersebut," jelas Ivanka, bassist Slank. Menurutnya, beberapa dari musisi pendukung acara Berbagi Rasa Bersama itu, akan terlibat pula dalam penggarapan album ke-3 almarhum.

"Inilah cara kami, teman-taman Imanez, menghormati dia sebagai seorang teman musisi yang kreatif, berbakat dan menyenangkan. Kami mengambil spirit Imanez, ingin spirit seninya tetap hidup. A Tribute to Imanez adalah merayakan kehidupan itu sendiri. Semoga sampai saat ini, almarhum senantiasa berada disisi terdekat dari Sang Pencipta. Amien," imbuh Oppie yang akan tampil bersama Krisdayanti, Syaharani, Melanie Soebono, Kaka, Tony Q, Iwa K, Ipang, Giri, Steven & Coconut Treez, Otto Jam, Pulau Biru Jammin, Bongky, Anda, Abdee, Ridho, Bonita, Bimbim, Njet, Indra Q dan lainnya di Hard Rock Café Jakarta, pada 21 Juni 2006.

Salah satu orang yang punya kenangan mendalam terhadap Imanez adalah Kaka. Vokalis Slank ini mengaku kalau Imanez dirinya dekat dengan Slank. Imanez tidak hanya berarti bagi dirinya tapi juga Slank secara keseluruhan. Dapat dibilang Imanez merupakan salah satu inspirator lahirnya Slank. Karena almarhum merupakan mantan vokalis dan bassis Slank sekitar tahun 1987 sebelum Slank melakukan debut rekamannya.

"Imanez selalu ada. Dia orang yang sangat berarti bagi gue," aku Kaka. Jadi tidak salah kalau anak-anak Slank, dari Bimbim, Ridho, Abde, Ivan dan Kaka punya kenangan tersendiri, bahkan mantan personil Slank macam, Bongky dan Indra pun mengenang Imanez begitu dalam.

Menyinggung mengenai perkembangan musik Reggae di tanah air, Kaka berkomentar sebagai musik yang beda dan selalu ada. "Walaupun tidak booming," ujarnya. Dan apa yang dicita-citakan oleh Imanez tak kan pernah mati.



Referensi:
http://cinta-reggae.blogspot.com/2011/03/biografi-imanez.html
file:///D:/Pictures/profil-imanez.html

Cozy Republic



Cozy Republic adalah sebuah band beraliran reggae yang sekarang digawangi oleh Cozy Bastian (vokal), Penyot Cozy (gitar, back vokal), Luthfi (drum), Indha (keyboard), Rival (guest bass), dan Daverrzt (perkusi). Band asal Jakarta ini terbentuk sejak tahun 2006.

Awal tebentuknya band ini adalah dengan menjadi salah satu band yang mengisi kompilasi Music Factory, bentukan Kentucky Fried Chicken. Single Bisa Setia beraliran reggae langsung menyedot perhatian di antara lagu-lagu pop lainnya.

Karena sering 'nongkrong bareng' di Gang Potlot, akhirnya Ivanka Slank tertarik untuk memproduseri single pertama mereka yang dirilis dengan judul Republik Uye pada tahun 2008.

Cozy Republic menggeliat kembali di tahun 2010 ini dengan melempar single baru bertitle Republik Uye seusai kerja sama pertamanya dengan Greenlabs. Hits Republik Uye sejatinya hasil olah kembali album debut mereka di tahun 2008 dengan format band baru, yang ditandai dengan masuknya Indha (keyboard) dan Rival (bass) untuk melengkapi barisan Cozy Bastian (vokal), P'nyot (gitar) dan Uvi (drum).

Yang membuat band ini berbeda dengan banyak band reggae lainnya adalah tema cinta yang mereka hadirkan. Mereka tidak lagi berbicara tentang pantai, isu sosial atau politik layaknya band reggae yang lain.

Single yang mereka andalkan adalah Hitam Putih, Kucing Rasta, Republik Uye, Mirip Pacarku, dan Bidadari.

Karena album pertama mereka kurang diterima di pasaran. Pada September 2010 dengan warna musik yang lebih dewasa dan masih tetap ada unsur reggae, band ini mencoba mendobrak pasar musik Indonesia lewat lagu-lagunya dengan album kedua mereka.

Single yang mereka jagokan pada album kedua ini berjudul Kalau Jodoh Tak Lari Kemana. Yang unik, mengikuti sukses beberapa band reggae terdahulu, Cozy Republic pun mencoba berbagai inovasi untuk menebarkan virus reggae keluar komunitas.

Hal ini bisa dilihat ketika band ini melakukan kolaborasi untuk hits single terbaru Kalau Jodoh Tak Lari Kemana dari album keduanya dengan salah satu perusahaan produsen handphone (HP) asal negeri tirai bambu, China.

Referensi:
http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/c/cozy_republic/

Tipe X


Tipe-X dibentuk pada bulan September 1995 (dengan nama Head Master). Saat ini Tipe-X terdiri dari 7 personel yaitu Tresno Riadi (vokal), Micky (bass), Yoss (gitar), Aditya Pratama (drum) (sekarang menjadi drummer ADA Band), Billy (gitar), Anto (trombone), dan Andi Toha (saksofon).

Tipe-X band dibentuk pada bulan September 1995 (dengan nama Head Master). Formasi awal ketika itu adalah Tresno (vokal), Micky (bass), Yoss (gitar), dan Hendro (Drum). Ketika itu Tipe-X sering membawakan lagu-lagu milik Red Hot Chilli Peppers (RHCP). Kemudian mereka sadar bahwa pada saat pementasan musik yang dibawakan oleh tipe-X terasa kurang "penuh", lalu mereka sepakat untuk menambah seorang gitaris lagi untuk rhytm gitar, yaitu Irul.

Setelah Irul masuk, Tipe-x tidak lagi membawakan lagu lagu RHCP, tetapi mulai mencoba memainkan suatu aliran baru yang ketika itu masih asing dan belum begitu dikenal di Indonesia, yaitu ska. Lagu-lagu ska yang mereka bawain ketika itu adalah lagu millik band ska luar yaitu Voodoo Glow Skull dan Operation Ivy. Mereka juga mulai belajar untuk membuat lagu lagu sendiri, dan rajin manggung di pentas musik dan panggung underground. Tipe-X pernah meraih juara band Favorit di Festival Musik Alternatif.

Supaya nuansa skanya lebih kerasa mereka pun mulai menambah personel untuk posisi Brass Section yaitu Andi pada Trumpet dan additional player untuk trombone yaitu Billy. Mereka mulai berinisiatif untuk memperkenalkan musik yang kita mainkan juga lagu yang kita ciptakan secara lebih luas dengan mengirimkan demo lagu Frustasi ke acara Ekpresi Indosiar dan demo lagu Bebas Pusing yang dikirim ke IndieLapan Prambors dan masuk peringkat lima. Setelah itu Tipe-x semakin rajin manggung, sampai akhirnya Pops yang dikomandani Dodo Abdullah tertarik.. dan Tipe-X mulai rekaman.

Album pertama mereka, Ska Phobia dirilis tahun 1999 dengan lagu andalan Genit dan Angan. Dua tahun kemudian, mereka kembali mengeluarkan album bertajuk Mereka Tak Pernah Mengerti (2001). Album ini mempunyai satu lagu jagoan yang bertitel "Salam Rindu" yang video klipnya dibuat oleh Dimas Djayadiningrat dari rumah produksi Millenium. Album ini dianugerahi Triple Platinum. Album ketiga dirilis tahun 2003 bertajuk Super Suprise. Kali ini posisi drum digantikan oleh Aditya Pratama alias Adi, mantan penggebuk drum grup Teaser, yang menempati posisi yang ditinggalkan oleh Hendro.

Discography Hitam Putih adalah album keempat Tipe-X yang dirilis 2005. Peluncuran album ini juga merupakan ulang tahun tipe-x ke sepuluh. Album yang masih diproduksi Pops Musik ini menyajikan 10 tembang lagu yang mengandalkan lagu "Kamu Ngga' Sendirian" sebagai single pertama. Dua tahun kemudian mereka merilis album 'the best' yang bertajuk A Journey. Untuk itu, lagu-lagu yang pernah ngetop di tahun 90-an, seperti "Sakit Hati", "Genit", "Salam Rindu", dan "Mawar Hitam" menjadi andalannya. Sisanya, racikan baru termasuk "Kamu Penipu" ciptaan Tresno dijadikan single pertama album ini.

  
Setelah vakum selama dua tahun lebih, awal 2010 Tipe X kembali menggebrak ranah hiburan dengan meluncurkan album baru. Album bertajuk FESTIFAL PERASAAN ini tetap mengusung konsep ska, namun dengan sentuhan yang sedikit berbeda dan melibatkan tiga orang drummer. Tipe X memutuskan tetap setia pada jalur musik mereka di tengah hingar bingar Melayu yang mewarnai musik Indonesia saat ini.
Di Album “Festival Perasaan” ini ada sesuatu yang baru di tipe-X yaitu : di single yang pertama yang berjudul “Ciuman Pertama”, Tipe-X featuring seorang penyanyi asal Canada yang bernama Chelssie Baker yang ikut menyanyi duet dalam bahasa Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa tipe-X selalu update dan inovatif di tengah aliran music yang belakangan ini banyak band yang beraliran melayu pop. Di single pertama ini selain featuring Chelssie Baker di dalam penggarapan albumnya sangat serius sekali dengan melibatkan beberapa musisi pendukung salah satunya Marcellius Siahaan (Marcell).

Harapan di Album “Festival Perasaan” ini tipe-X dapat mengobati rasa kangen pecinta musik tanah air terhadap musik ska. Selain itu memberikan pilihan lain kepada masyarakat Indonesia bahwa musik ska dapat dinikmati dan merupakan salah satu genre musik yang masih ada dan eksis di Indonesia dan grup yang sampai sekarang masih eksis adalah tipe-X.


Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tipe-X
http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/t/tipe_x/

Steven Jam


Lama sudah tak terdengar kabar dari group band Steven & Coconut Treez, belakangan tersiar kabar jika band tersebut membubarkan diri. Mungkin kabar ini sedikit mengecewakan bagi para penggemar musik REGGAE..

Disamping kabar berita tersebut muncul band baru STEVEN JAM, dimana tak lain yakni pentolan sekaligus vokalis steven coconut treez terdahulu.. STEVEN JAM membawa suasana baru dalam musik reggae Indonesia selain itu  STEVEN JAM merupakan sebuah konsep solo beraliran musik Reggae, dengan album title “FEEL THE VIBRATION”; meciptakan album yang, album ini berisi 11 Jagu mengangkat tema keseharian, social dan cinta, Semua Lagu dalam album ini adalah ciptaan Steven Nugraha Kaligis (vokalis Steven &Coconuttreez). Konsep dasar album ini adalah Reggae namun diberikan sentuhan sentuhan musik modem seperti Pop, Rock dll sehingga kiranya dapat diterima oleh segala lapisan, referensi album ini diantaranya adalah Big Mountain, Sublime, 311 dan Bob Marley.Ide atau terealisasinya dari pembuatan alburn ini mem akan waktu 6 bulan sejak bulan Maret 2010 dengan dibantu oleh beberapa musisi lama baik musisi reggae maupun musisi lainnya diantaranya adalah  LyusRastafara, lyek , Getto, Aco, Teguh Coconutreez, Indha, Boy, Denny Monkey boots,.Egi Tipe X, Anto tipe X, Ewin Kunci, Ondit, Aksa Pasukan 5 Jari, Nyonyo Marjinal,. Edwin Monkey Boots, Dony Boys n Roots, Erick May, Rama BB,dll Proses tracking & mixing dilaksanakan di 267 studio.

Selain Steven, personel band Steven & The Coconut Treez yang sedang  sibuk menggarap proyek musik adalah  Teguh, sang gitaris yang membentuk band Steven Jam . Aray sang gitaris mendirikan band akustik reggae bernama Ray d Sky sejak tahun 2009 dan Rival sang pembetot bass membentuk band reggae bernama Pallo. Anggotanya adalah  teman-teman  sedaerah Rival  yang berasal dari Palu.

Referensi:
http://cinta-reggae.blogspot.com/2010/12/steven-jam.html
http://www.antaranews.com/berita/1290779695/steven-jam-luncurkan-album-perdana-feel-the-vibration

Ray d'Sky


Proyek ini pertama kali lahir beberapa tahun lalu, ketika Aray sedang dalam proses mengubah jalan hidupnya ke arah yang lebih nyaman. Bongky memberinya inspirasi pertamanya untuk gaya musik. Bersama-sama, Aray dan Didit, gitaris dari band sebelumnya Plastik Aray, mulai merekam album ini.
 

Pada tahun 2007, Aray mulai sesi rekaman yang akan menjadi catatan debutnya berjudul 'Dirilis oleh Reality' (demajors, 2009), maka Aray meminta Didit untuk meletakkan beberapa pekerjaan gitar di trek. Setelah undangan untukmelanjutkan perekaman hari berikutnya, Aray bertemu di studio dengan teman-teman Iwan, keyboardist & perkusi lama dan Aci drummer. Keduanya juga anggota band & Coconuttreez Steven. Sesi ini akan menelurkan tidak hanya'Kasih' lagu, tetapi kerangka kerja untuk Ray D'Sky.
Seperti Aray juga merupakan anggota dari Steven & Coconuttreez, dan para pemain lainnya semuanya telah terlibat dengan band mereka sendiri, proyek ini telah bekerja dan membuahkan kemajuan.
 

Pada musim panas tahun 2008, kesempatan datang untuk kelima anggota berbakat unik untuk menyatukan kembali di studio dan menggali lebih dalam bakat yang lahir selama 'Dirilis oleh Reality' sesi rekaman. Itu segera jelas bahwa naluri mereka benar, sebagai catatan dengan cepat mulai mengambil bentuk.
Pada bulan Mei 2009, band ini memulai debutnya dengan materi baru mereka dalam konser Malam Black Hole (gerakan independen lokal), di mana mereka juga meniupkan kehidupan baru ke Bob Dylan / Jack Johnson klasik 'Aku Akan menjadi Dirilis', yang sejak itu telah menjadi pokok dari kehidupan mereka. Band ini dijadwalkan untuk tur ekstensif di seluruh Indonesia pada 2010.


Referensi:
http://reggaeindonesiaworld.blogspot.com/2011/09/ray-dsky.html

Ras Muhamad



Muhammad Egar yang merupakan anak semata wayang dari pasangan Wening dan Rivaiini ini lahir di Jakarta pada tanggal 29 Okober 1982. Ras Muhamad hijrah mengikuti keluarganya ke New York City dan tinggal di sana dari tahun 1993 sampai Juli 2005. Perjalanan musikalnya sebagai seorang pemusik, penyanyi dan pengarang lagu yang menjadikannya sebagai solo-ist Reggae berawal sejak ia menjelang remaja, saat ia tinggal di daerah Queens, di kota dunia tersebut. Ras Muhamad pernah membentuk sebuah band rock pada saat di SLA, kemudian membentuk kelompok duet Rap/Hip Hop Duo bernama “Ronin” pada tahun pertama dia di Kolese.. Nama Ras Muhamad sendiri didapatnya di Brooklyn, sewaktu mengenyam pendidikan di negeri Paman Sam.

Ada cerita di balik berubahnya nama menjadi Ras Muhamad. Muhamad diambil dari awalan namanya sendiri, sedangkan nama Ras diambil dari kosa kata bahasa Jamaika yang berarti bung. Akar kata Ras berasal dari kata Rastaman atau orang yang telah memahami falsafah dan ajaran Ras Tafari. Kata Ras sendiri dalam bahasa Amharik (Ethiopia) berarti Prince, putra bangsawan.

Ayahnya seorang dokter akupuntur dan ibunya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Luar Negeri (Deplu). Pada tahun 1993, ibunya ditugaskan ke Amerika sebagai diplomat Indonesia di bidang ekonomi. Saat itu Ras baru saja tamat sekolah dasar di SD Harapan Ibu Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Selama di USA, Ras tinggal di New York bersama ibunya. Dia lalu melanjutkan sekolah di Russell Sage Junior High School dan lulus tahun 1996 kemudian masuk Forest Hills High School (setara SMA) lulus 1999. Sebelum dia lulus, pada tahun 1997 masa tugas ibunya di USA berakhir dan harus pulang ke tanah air. Namun Ras masih tinggal untuk menyelesaikan studi.

Tahun 2001, Ras menlanjutkan studinya di jurusan Liberal Arts, Borough of Manhattan Commlonity College, setara D3, untuk memperdalam dan mengasah bakat seninya. Karena keseringan berkesenian dan nongkrong di Broklyn, kuliah yang harusnya tamat dalam waktu 3 tahun, diselesaikan dalam waktu empat tahun. Tahun 2005 dia lulus dan langsung pulang ke Indonesia.

Ras mengenal Reggae di Amerika, tepatnya di Broklyn. Tahun 1999 ia mulai menggimbal rambutnya, hingga hari ini. Bagi Ras Muhammad musik Reggae membawa misi yang mulia,jiwa reggae adalah hembusan nafas perdamaian dan persatuan, kesetaraan umat manusia. Reggae menebarkan vibe positif/getaran -getaran positif dan menghindari yang negatif. Reggae adalah perjuangan dan juga bentuk ungkapan atau jeritan kaum papa terhadap ketimpangan sosial dan ketidak adilan.


Inspirasi lagu-lagu Ras Muhammad banyak mengambil dari kejadian-kejadian sehari-hari,lingkungan,keadaan sosial masyarakat kita dan juga pandangan dari berbagai tokoh/pemimpin dunia seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr, King Selassie I, Bung Karno dan negarawan lainya.
Ras Muhammad sampai sejauh ini telah mengeluarkan dua buah album, album yang pertama berjudul "declaration of trurh",pada awal tahun 2005 sebanyak 10 lagu dan beredar di New York, (di Indonesia pernah ditawar Aksara Record untuk dicetak ulang,tetapi Ras Muhammad masih menahanya dulu). Dan album yang kedua berjudul "Reggae Ambasador" sebanyak 15 lagu pada bulan Januari 2007,secara indie dan diedarkan oleh Aksara Record.

KARIR
Ras mengawali karir bermusiknya lewat rilisan album perdananya, DECLARATION OF TRUTHS pada tahun 2005 sewaktu masih di Broklyn. Album indie ini beredar di New York.

Ras kemudian merilis album keduanya, REGGAE AMBASSADOR pada bulan Januari 2007. Album pertama Ras yang dirilis di Indonesia ini juga direkam secara Indie. Lewat album ini, nama Ras jadi semakin dikenal di Indonesia

Referensi:
http://mendjenk.blogspot.com/2010/12/profil-ras-muhammad.html
http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/ras_muhamad/

Kamis, 29 Maret 2012

Shaggydog


Shaggydog adalah sebuah band yang terbentuk di Sayidan-sebuah kampung dipinggir sungai di tengah kota Jogja-yang nyaman dan damai. Pada Tanggal 1 Juni 1997, band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik & Yoyo' ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Stylee” ; perpaduan antara beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing dan rock n’ roll, bahkan sampai rock yang di-mix secara special oleh 6 orang bartender ini.
Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, Song Beach Dub Allstars merupakan sebagian kecil dari band-band yang meng-influence Shaggydog. Yang lain? Pahit manis hidup adalah inspirasi mereka

Waktu pun berlalu, show demi show mereka jalani. Pada tahun 1999 album shaggydog yang pertama diliris. Dengan label Doggy House (management Shaggydog), Album yang diberi title “SHAGGYDOG” ini membuahkan hasil yang diluar dugaan. 20.000 copy habis terjual. Jumlah yang cukup besar untuk sebuah band indie. Semenjak itu Shaggydog pun mulai show di daerah-daerah seputar Nusantara…dari Jawa sampai ke Lombok..sampai-sampai mereka rela meninggalkan bangku kuliah.

Dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 2001, album kedua yang bertitel “BERSAMA” diliris. Kalau kalian tahu, album ini benar-benar diliris dengan cucuran keringat dan air mata. Motor sang manager pun tergadaikan. Bukan itu saja, rekaman yang berlangsung di Bandung ini sampai memaksa mereka untuk ngamen di kawasan Dago karena kehabisan duit…What a life Man..!!

Tahun 2003 merupakan "Lucky Year" buat Shaggydog. Dimulai New Year Party di UPN Jogja, sekitar 20.000 doggiez tumplek..blek berdansa bersama Shaggydog. Bulan Maret, Mei Shaggydog menjalani Tour 8 Kota (Semarang, Solo, Tegal, Salatiga, Purwokerto, Pekalongan, Jogja, Magelang). Dari banyaknya show, basic massa yang fanatik, musik yang ceria dan lirik yang nakal dalah beberapa diantara faktor kesuksesan Shaggydog. Dengan berbekal materi yang cukup matang, Shaggydog mengajak EMI Indonesia untuk melakukan kolaborasi agar musik yang dihasilkan Shaggydog dapat tersebar lebih luas. Kolaborasi ini akhirnya menghasilkan album ketiga Shaggydog dengan titel "HOT DOGZ". Kalau kalian pasang telinga lebar2 selebar kuping gajah...pasti syaraf urat kalian tidak sabar untuk segera mengikuti irama lagu-lagu Shaggydog di album ini.

Lagu-lagu Shaggydog tidak hanya tersebar di Indonesia, tahun 2003 sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog untuk ikut kompilasi album "ASIAN SKA FOUNDATION" yang berisi band-band ska se-Asia. Sayangnya cuma beredar di Jepang. Lagu "Second Girl" yang diikutkan Shaggydog dalam kompilasi ini.

Perjalanan panjang dan berbagai hambatan yang telah menyertai karir Shaggydog selama ini telah membulatkan tekad para personil Shaggydog untuk lebih mempertajam taring mereka (kaya macan yaa) di industri musik Indonesia. Dengan kemampuan musikalitas yang semakin berkembang menunjukkan kalau tidak hanya berharap bisa diterima oleh penikmat musik di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia sekaligus akan membuat persaingan pada industri musik semakin panas.

Referensi:
http://www.shaggydogjogja.com/dawgz.html

Souljah



Souljah merupakan sebuah band Jamaican Music yang sudah terbentuk dari tahun 1998, ketika sebagian besar personilnya masih kuliah di Universitas Indonesia. Pada tahun 1999 mereka menandatangani kontrak dengan Sony Music Indonesia. Selang beberapa tahun, tepatnya pada tahun 2003 mereka dipercaya untuk ikut album kompilasi “Asian Ska Foundation” yang diproduksi oleh sebuah label Jepang, Authority Records.

Album perdana Souljah - Breaking the Roots rampung pada tahun 2005. Album dengan 12 lagu yang unik dihidangkan ke telinga masyarakat dengan beragam jenis lagu seperti Reggae, Chill out, Traditional ska, Dancehall, Hip Hop, dan lainnya, album Breaking the Roots dapat membuat orang tercengang mendengarnya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena penggabungan groovy beat Dimas, suara lembut dan powerful dari Danar, Jamaican rap yang melodius dari Said, suara trumpet sexy David, nada lembut dan hangat persembahan Renhat, dan tentunya permainan gitar upstroke dari Bayu, gitaris Souljah yang kini telah hengkang dan digantikan posisinya oleh Gema Maulana.

Empat dari 12 lagu tersebut merupakan karya kolaborasi Souljah dengan artis-artis-artis seperti; Soulid yang muncul dalam ”All I Know,” Bad Mono dalam ”The Day The World Turns Into Grey,” Sundari Soekotjo dalam “Lelaki itu,’” dan Happy Salma dalam “Magenta.” Dengan album BREAKING THE ROOTS, SOULJAH berhasil mendapatkan penghargaan sebagai breakthrough artis oleh Radio Prambors Jakarta.

Album ke2 Souljah dengan judul BERSAMAMU dirilis pada tahun 2007 yang diikut oleh dirilisnya novel dengan judul yang sama oleh Gagas Media. Album ini telah laku ribuan keping yang membuat SOULJAH semakin menapakkan kaki di blantika musik nasional.

Sebagai persembahan single dari album ke3 Souljah yang diberi judul MESTAKUNG, maka Souljah mengumandangkan “Hanya Ingin Pulang”. Sebuah lagu yang diciptakan khusus sebagai theme song mudik. Album MESTAKUNG ini juga akan dirilis pada bulan November 2008.

Referensi:
http://www.indonesiantunes.com/souljah/profile/

Steven and Coconut Treez

Steven and Coconuttreez adalah sebuah konsep solo beraliran musik Reggae asal Indonesia. Band ini ada karena obsesi Steven, yang juga kakak Micky AFI untuk berkarya. Steven & Coconuttreez mengangkat tema keseharian, sosial, dan cinta, walaupun tergolong baru Coconuttreez mencoba untuk mengangkat musik Reggae yang tergolong minoritas, namun sebenarnya penikmat musik Reggae cukup banyak di Indonesia, itu terlihat pada saat kami tampil di beberapa tempat dan juga audience nya cukup responsif. Steven & Coconuttreez mempunyai harapan agar karyanya yang berbentuk album dapat diterima oleh khalayak ramai dan bisa exist di belantika musik Indonesia.

Steven & coconut Treez adalah salah satu group band reggae Indonesia yang masih eksis dan bisa bertahan ditengah menjamurnya band band percintaan. Beranggotakan Steven*vocal yanga mantan vocalis band scope dan sempat menelurkan tiga album, A ray* gitar, Teguh*gitar, Rival*bass, Iwan*keyboard, alm Tedy*perkusi, Aci*drum maju terus bersaing di pasar tanpa ada saingan. Kehadiran Steven and Coconut Trees ternyata mendapat sambutan positive. Maklum aja, emang enggak banyak band yang main reggae kan. Hasilnya? “Dari jualan kaset, lumayan lah, cukup buat hura-hura setahun,” ujar Steven seraya tergelak. Mereka sudah menelurkan 3 buah album yang rata-rata bertema sosial, seperti layaknya kebanyakan musik Reggae. Sejak berdiri tahun 2005, album mereka adalah The Other Side (2005), Easy Going (2006), dan Good Atmosphere (2008).



Steven & Coconut treez maju meneruskan perjuangan musisi pendahulunya reagge imanez, malah di album ketiga Steven mengeluarkan singgle kedua mereka lagu yang diciptakan alm Imanez “lagu santai” karna memang reagge emang terkenal buat lagu nyantai.


Pada 18 Desember 2007, Steven and Coconuttreez harus kehilangan salah satu personilnya, Teddy (perkusi)yang tutup usia karena menderita sakit paru-paru kronis. Teddy sempat dirawat di rumah sakit dan koma, namun sempat sembuh. Gaya hidup Teddy yang sangat tergantung dengan rokok dan kopi membuatnya harus meninggalkan teman-temannya setelah cukup lama sakit paru-paru

Dengan musik yang easy listening dan komposisi lirik yang merakyat yang sering didengar dalam kehidupan sehari hari band ini tetap bisa eksis diblantika musik Indonesia.

Bob Marley




Kapten Norval Sinclair Marley adalah seseorang yang berperawakan kecil. Ia adalah seorang pengawas tanah perusahaan Crown Lands, milik Pemerintahan Inggris yang telah menjajah Jamaika sejak tahun 1660-an yang terletak sebelah utara pulau itu. Pangkat yang disandangnya ia dapat saat menjadi komandan markas di Resimen British Hindia Barat. Suatu saat ia bertemu dengan Cendella, seorang wanita pribumi yang telah mamikat hatinya pada saat dia sedang berkunjung ke distrik Nine Miles. Hubungan mereka menjadi pergunjingan warga setempat karena Ras.


Pada Mei 1944 cedella mengejutkan keluarganya karena hamil. Sehingga pada hari jumat dilaksanakanlah pernikahan antara Norval dengan Cendella dan sehari setelah pernikahan mereka, Cendella diungsikan ke Kingston agar tidak tercorek namanya sebagai ahli waris keluarganya.

Dan akhirnya Cendella melahirkan seorang anak yang diberi nama Robert Nesta Marley yang lahir pada pukul 2.30, Rabu Februari 1945 dengan bobot enam setengan pon (3.25 kg) di Nine Miles. Konon pada malam kelahirannya, banyak orang melihat beberapa meteor jatuh, yang menurut keyakinannya akan lahir seorang tokoh besar.

Pada tahun 1950 Cendella pindah ke Trench Town – Kingston. Marley mulay berinteraksi dengan geng-geng jalanan yang kemudian berlanjut menjadi gerombolan bernama “The Rudeboys. Walaupun berperawakan kecil seperti ayahnya, tapi karena kekuatannya ia dijuluki “Tuff Gong”.

Setelah Marley drop out dari sekolahnya ia mulai tertarik dengan musik. Pada awal 1962 Bob Marley, Bunny Livingstone, Peter Mcintosh, Junior Braithwaite, Beverley Kelso dan Cherry Smith membentuk grup ska & rocksteady dengan nama “The Teenager” yang nantinya berubah menjadi The Wailing Rudeboys dan berganti lagi menjadi The Wailing Wailer dan akhirnya menjadi The Wailers.


Pada tahun 1977, Bob Marley divonis terkena kanker kulit, namun disembunyikan dari publik. Bob Marley kembali ke Jamaica tahun 1978, dan mengeluarkan SURVIVAL pada tahun 1979 diikuti oleh kesuksesan tur keliling Eropa.

Bob Marley melakukan 2 pertunjukan di Madison Square Garden dalam rangka merengkuh warga kulit hitam di Amerika Serikat. Namun pada tanggal 21 September 1980, Bob Marley pingsan saat jogging di NYC’s Central Park. Kankernya telah menyebar sampai otak, paru-paru dan lambung. Penyanyi reggae inipun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di Miami Hospital pada 11 Mei 1981 di usia 36 tahun, dengan meninggalkan seorang istri dan 5 orang anak.

Setelah dia meninggal, Imensitas (kebesaran) Bob Marley menempatkannya menjadi satu diantara figur-figur transenden terbesar sepanjang abad. Riak-riak yang dilakukannya menyebrang dari sungai musiknya kedalam samudera politik, etika, gaya filsfat, dan agama (Rastafaria). Bob Marley dimasukkan ke dalam Rock n Roll Hall of Fame pada tahun 1994. Majalah time memilih lagu Bob Marley & The Wailers Exodus sebagai album terbersar pada abad ke-20. pada tahun 2001 ia memenangkan Grammy Lifetime Achivement Award.

Pada tahun yang sama kemudian film documenter tentang hidupnya dibuat oleh Jeremy Marre, Rebel Music, dinominasikan untuk The Best Long Form Music Video documentary at the Grammies, serta penghargaan untuk beberapa kategori lainnya. Dengan kontribusi dari Rita, The Wailers, dan para pecintanya serta anaknya, film tersebut menceritakan tentang Marley, yang juga disertai kata-kata Marley sendiri. Pada musim panas tahun 2006, Kota New York memberikan penghargaan tersendiri bagi Bob Marley dengan memberi nama pada jalam gereja dari jalan Ramsen ke East 98th street dibagian timur Brookliyn dengan memberi nama “Marley Boulevard”. Dan masih banyak lagi penghargaan yang Bob Marley dapatkan.

Kisah hidup Bob Marley adalah sebuah arketipe, itulah kenapa karya-karyanya abadi dan terus bergema. Bob Marley berbicara tentang represi politik, wawasan metafisik dan artistic, kesejahteraan dan apa saja yang mengusiknya. “No Women No Cry” masih akan terus mengahapus air mata dari wajah seorang janda “Exodus” masih akan memunculkan ksatria, “Redemtion Song” masih akan menjadi tangisan emansipasi untuk melawan segala tirrani, “Waiting in Vaint” akan tetap menggairahkan, dan “One Love” akan terus menjadi himne internasional bagi kesatuan kemanusiaan didunia melampui batas-batas, melampui kepercayaan-kepercayaan, di mana tiap orang akan sadar dan mempelajarinya.

Bob Marley bukan hanya sekedar bintang musik yang sebagian besar rekamannya memecahkan rekor internasional, namun ia juga menjadi sebuah figure moral dan religius. Selain Bob Marley kita juga harus mengakui bahwa banyak musisi yang lebih unggul dari penemuan instrumental, gaya vocal gubahan musik, dan sebagainya.tetapi hanya Bob Marley yang dapat membuat kita melihat ribuan orang Hpi dari Mexico, Maori dari Selandia Baru bahkan komunitas-nya di Indonesia (Jogjakarta dan Bali), berkumpul tiap tahun untuk menghormatinya.

Banyak penggemarnya di seluruh dunia meniru gaya rambut dreadlocknya karena fanatic walaupun tidak sedikit pula yang meniru dreadlock Bob Marley karena terkena imbas voyeurisme, padahal sebenarnya dreadlock Bob Marley sebagai bagian dari keyakinannya akan ajran Rastafarian, dan bukan dari pengkulturan dari selebriti idolanya. Pada umumnya di Indonesia, sosok Bob Marley banyak diidentikkan dengan ganja, padahal ganja adalah ritual serta bagian dari ajaran Rastafarian dan Bob Marly adalah penganutnya. Wajar bila ia mengkonsumsi, menjadikan syair, dan menyanyikannya.

Referensi:
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/09/biografi-bob-marley.html

Sejarah Musik Reggae


Sekitar tahun 1920-an, orang-orang Kingston Jamaica hidup dalam keadaan miskin dan melarat, mereka ditindas oleh penjajah kulit putih ini menganggap ‘White Imperialisme’ .

Kemunculan falsafah yang dikenali sebagai ‘Back To Africa’ yang dipelopori oleh Marcus Garvey, yang mengajak kaum kulit hitam mengukuhkan kembali kepercayaan mereka terhadap asal-usul nenek moyang mereka. Keyakinan mereka bertambah dan seorang ‘Black African’ bernama Ras Tafari Makonnen telah ditabalkan sebagai Maharaja Ethiopia dengan gelaran Emperor Haile Selassie 1 dan para pengikutnya menggelarkan beliau Rastafarians dan menganggap mereka salah satu daripada 12 puak Israel dan mempercayai Haile Selassie 1 adalah ‘Conquerring Lion of the Tribe of Judah’.

Kepercayaan semasa awal kemunculannya amat radikal berbanding sekarang. Rastafarians membenci golongan kulit putih dan melabel budaya mereka sebagai ‘Babylon’-tidak asli dan tidak ikhlas, tamak dan meterialistik. Kematian Haile Selassie 1 pada tahun 1974 memang tidak disangka oleh Rastafarians, malah ada ynag menuduh kematiannya satu konspirasi media kaum kulit putih. Bagai manapun budaya dan agama ini terus berkembang walaupun maharaja telah tiada. Nama besar yang telah kembangkan Rastafarianisme tahun 1970an adalah Bob Marley.

Pada mulanya muzik golongan Rastafariansme adalah ska dan berubah ke rocksteady dan reggae. Raggae mengekspresikan mereka, serta memprotes ketidakadilan dan penindasan yang dideritai oleh orang-orang Jamaica.Salah satu aspek Rastafarianisne yang dipandang hina adalah penggunaan ganja sebagai salah satu ‘alat utama dalam kehidupan dan upacara keagamaan. Mengenai rambut Dreadlocks ,Rastafarians tidak menggalakkan pengikutnya menyukur, menyikat rambut, atau mengguntingnya seperti dikatakan dalam kitab mereka. Bagi mereka, rambut yang panjang berketul-ketul serta liar tak terurus adalah diibaratkan ‘Lion of Judah’, satu simbol berbentuk kepala singa yang melambangkan kekuatan Haile Selassie 1.

Beliau dikatakan memiliki cincin kepala singa dan beliau telah menyerahkan kepada Bob Marley sebelum kematiannya. Perkataan ‘Dreadlocks’ dipopularkan oleh Bob Marley melalui lagu ‘Natty Locks’. Dari segi warna merah melambangkan Gereja Triumphant atau gereja Rastafarians dan darah mereka, warna kuning melambangkan kekayaan Ethiopia dan warna hijau melambangkan keindahan dan kesuburan tanaman di Ethiopia.

Marcus Garvey yang mempelopori perjuangan kaum negro secara terorganisir dengan membentuk The Universal Negro Improvement Association yaitu organisasi yang membangun kesadaran baru diantara orang-orang asli Jamaika pada tahun 1914 di Jamaika. Berbeda sekali dengan Bob Marley yang telah menyuarakan kaum tertindas dalam lagu-lagunya tanpa ada usaha untuk membentuk organisasi perlawanan.

Sumbangan terbesar dari Bob Marley adalah mempopulerkan kepercayaan Rastafari keseluruh dunia lewat lagu dan musik yang dimainkan. Seandainya Marcus Garvey tidak membentuk organisasi perlawanan, mungkin budaya rambut rasta tidak akan mendunia seperti sekarang. Budaya yang notabene milik kaum hitam yang sering diidentikkan dengan budaya kaum budak sekarang justru dihargai oleh kaum kulit putih bahkan ditiru habis-habisan, dijual keseluruh dunia sebagai komoditi oleh kaum kapitalis karena mendatangkan keuntungan. Tengok saja dari cara berpakaian, jenis musik yang sering dilantunkan kaum hitam, gaya rambut kaum hitam akhirnya sekarang diadopsi oleh kaum kulit putih yang dahulu merasa yang membuat budaya dunia.

Sejarah gerakan penyadaran identitas kaum kulit hitam, yang kemudian bertemali erat dengan keberadaan musik reggae, mulai disemai pada awal abad ke-20. Adalah Marcus Mosiah Garvey, seorang pendeta dan aktivis kulit hitam Jamaika, yang melontarkan gagasan “Afrika untuk Bangsa Afrika…” dan menyerukan gerakan repatriasi (pemulangan kembali) masyarakat kulit hitam di luar Afrika. Pada tahun 1914, Garvey mendirikan Universal Negro Improvement Association (UNIA), gerakan sosio-religius yang dinilai sebagai gerakan kesadaran identitas baru bagi kaum kulit hitam.

Pada tahun 1916-1922, Garvey meninggalkan Jamaika untuk membangun markas UNIA di Harlem, New York. Konon sampai tahun 1922, UNIA memiliki lebih dari 7 juta orang pengikut. Antara tahun 1928-1930 Garvey kembali ke Jamaika dan terlibat dalam perjuangan politik kaum hitam dan pada tahun 1929 Garvey meramalkan datangnya seorang raja Afrika yang menandai pembebasan ras kulit hitam dari penindasan kaum Babylon (sebutan untuk pemerintah kolonial kulit putih—merujuk pada kisah kitab suci tentang kaum Babylon yang menindas bangsa Israel). Ketika Ras Tafari Makonnen dinobatkan sebagai raja Ethiopia di tahun 1930, yang bergelar HIM Haile Selassie I, para pengikut ajaran Garvey menganggap Ras Tafari sebagai sosok pembebas itu. Mereka juga menganggap Ethiopia sebagai Zion—tanah damai bak surga—bagi kaum kulit hitam di dalam maupun luar Afrika. Ajaran Garvey pun mewujud menjadi religi baru bernama Rastafari dengan Haile Selassie sebagai sosok yang di-tuhan-kan.

Pada bulan April 1966, karena ancaman pertentangan sosial yang melibatkan kaum Rasta, pemerintah Jamaika mengundang HIM Haile Selassie I untuk berkunjung menjumpai penghayat Rastafari. Dia menyampaikan pesan menyediakan tanah di Ethiopia Selatan untuk repatriasi Rasta. Namun Haile Selassie juga menekankan perlunya Rasta untuk membebaskan Jamaika dari penindasan dan ketidak adilan dan menjadikan Rastafari sebagai jalan hidup, sebelum mereka eksodus ke Ethiopia.

Tahun-tahun setelahnya kredo gerakan tersebut makin tersebar luas, yakni “Bersatunya kemanusiaan adalah pesannya, musik adalah modus operandinya, perdamaian di bumi seperti halnya di surga (Zion) adalah tujuannya, memperjuangkan hak adalah caranya dan melenyapkan segala bentuk penindasan fisik dan mental adalah esensi perjuangannya.”

Ketika Bob Marley menjadi pengikut Rastafari di tahun 1967 dan setahun kemudian disusul kelahiran reggae, maka modus operandi penyebaran ajaran Rastafari pun ditemukan: reggae!

Reggae adalah suatu aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika pada akhir era 60-an. Sekalipun kerap dipergunakan secara luas untuk menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska dan rocksteady.

Reggae berbasis pada gaya ritmis yang bercirikan aksen pada off-beat atau sinkopasi, yang disebut sebagai skank. Pada umumnya reggae memiliki tempo lebih lambat daripada ska maupun rocksteady. Biasanya dalam reggae terdapat aksentuasi pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar, dengan gitar rhythm juga memberi penekanan pada ketukan ketiga; atau menahan kord pada ketukan kedua sampai ketukan keempat dimainkan. Utamanya "ketukan ketiga" tersebut, selain tempo dan permainan bassnya yang kompleks yang membedakan reggae dari rocksteady, meskipun rocksteady memadukan pembaruan-pembaruan tersebut secara terpisah.

Beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik Reggae dan sub-ragamnya Indonesia antara lain D'riie Ambazsador,Tony Q Rastafara, Souljah, Ras Muhamad, Joni Agung (Bali), New Rastafara,Songket Reggae (yogyakarta),Marasta (Yogyakarta),Mbah Surip (Mojokerto)dan Marapu (Yogyakarta/Waingapu Sumba NTT) Selain itu ada juga grup reggae Coconut Head yang berasal dari Medan. Band reggae ini termasuk band pertama yang menggunakan nama "Coconut Head" di seluruh dunia.

Sekitar tahun 1986 musik Reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah barbet comunity, Black Company sebuah band dengan genre Reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan Abresso, Jamming.

Referensi:
http://www.indoreggae.com/artikel17.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Reggae

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More